Sabtu, 04 Juli 2009

Mencintai Bukan Memanjakan


Beberapa waktu lalu, saya membaca note seorang teman ttg masa kecilnya.
Saat ia kecil, saat ia minta dibelikan lego kepada ibunya, sang ibu tidak mengabulkan permintaannya, walaupun uangnya ada. Akhirnya temanku membuat lego sendiri dari kardus bekas, menyusun potongannya dg kreativitasnya sendiri. Setelah sang ibu melihat usaha sang anak,iapun baru membelikan lego yg diinginkan sang anak. Ternyata sang ibu hanya ingin melihat kesungguhan/kegigihan si anak. Ia tidak ingin sekedar mengabulkan permintaan anaknya dg mudah, ia ingin anaknya berusaha dulu. Ia ingin mendidik anaknya bahwa untuk mendapatkan sesuatu perlu usaha, bukan dg sim sa labim, ada!

Seperti juga kisah yg saya baca di majalah kuncung saat saya anak2, saat itu si anak ingin dibelikan sepeda, tp si ayah meminta si anak utk menabung dg cara menyisihkan sebagian uang jajannya di celengan ayam sampai penuh. Si anak sangat bersemangat menabung,bahkan ia rela tidak jajan, agar uangnya bisa lebih byk ditabung di celengan ayam. Hari demi hari berjalan,libur sekolah pun tiba. Celengan ayam si anak terasa penuh,iapun datang ke ayahnya menagih janji ayah untuk mengantarkannya membeli sepeda,si ayah menyetujuinya. Hari itu celengan ayam dipecahkan,si anak dg bahagia mengumpulkan uang-uang receh tabungannya memasukkannya ke dalam plastik kresek.Lalu ia dan ayah pergi ke toko sepeda di pasar. Si anak pun mendapatkan sepeda yg telah lama ia inginkan,walaupun harga sepeda yg dibayarkan dari kantong sang ayah lebih byk daripada uang celengan si anak. Namun ayah merasa bahagia krn telah mengajarkan anaknya arti kesabaran dan usaha untuk meraih keinginan.

Seringkali kita mencintai anak dg memanjakannya, tanpa sadar kita selalu mengabulkan apapun keinginan anak kita dg mudah. Dg uang,tentu apapun bisa kita beli. Tapi saat anak dg mudah mendapatkan apapun yg ia inginkan tanpa perlu bersusah payah,ia akan belajar "memanipulasi" agar keinginannya terkabul, contoh ia akan belajar jika ia merengek atau menangis, pasti si ibu tidak tega dan akan segera mengabulkan permintaannya.Saat dewasa kelak, ia akan tumbuh menjadi pribadi yg egosentris, selalu ingin diperhatikan dan ingin dilayani. Ia tidak terbiasa "berjuang" sehingga saat menghadapi tekanan, ia tidak mudah "survive".

Sudah banyak contoh di sekitar kita, bgmn orang sukses lebih banyak lahir dari kerja kerasnya.

So, ini pe-er kita para ortu, tantangan agar kita bisa mendidik anak2 kita menjadi pribadi yg tangguh, sang pekerja keras.

Smg kita bisa ya...
Seperti lagu dlm iklan susu anak, yg kebetulan sering sekali disenandungkan putri saya "Aku bisa... aku pasti bisa... Ku takkan berputus asa... Karena ku bisa... aku bisa...aku pasti bisa...!!!" aamiin...

Tidak ada komentar: