Kamis, 18 Juni 2009

KETIKA ANAK BERTANYA


Sejak usia 3 thn, Haura sangat senang berkomentar tentang apapun yg menarik baginya. Dia suka bertanya "ini apa,itu apa?" tp saat itu pertanyaannya msh mudah utk dijawab krn msh seputar bertanya tentang objek. Setelah usianya bertambah, sekarng di usianya yg genap 4 thn,mulai muncul pertanyaan2 yg sulit.

"Sulit" bukan pd pengertiannya tp pd bgmn memberi pemahaman yg pas utknya. kadang sebelum menjawab saya berpikir,apakah jawaban saya ini akan mudah dipahaminya atau tidak,saya berusaha mencari2 kata sederhana yg mudah dipahaminya. Tp itulah letak kesulitannya bagi saya. Dg pengetahuan saya yg terbatas, bingung juga jika dia bertanya hal-hal yg abstrak. Seperti suatu hari, saat kami sedang melihat album foto pernikahan. Saat itu ia melihat foto saya dan suami.

Haura : Ummi,kok Haura gak ikut foto sih?
Ummi: Iya, nak. Kan Haura blm lahir ke dunia.
Haura : Lalu aku ada dimana dong, mi? oh... aku ada di perut ummi ya?(sambil tersenyum)
Ummi : Bukan, kamu itu msh sama Allah, disana di atas. (sambil menunjuk ke atas)
Haura : (melihat ke atas) Kok di atas? Emang Allah itu apaan sih?
Ummi : (mulai bingung, kayaknya tadi salah milih kata ya?) Hmm.. Allah itu ya Tuhan yang menciptakan kita.
Haura : Kok aku sama Allah sih. Kan Haura mo ikut ummi. Emang Allah kayak gimana sih? wajahnya kyk siapa?
Ummi : (aduh semakin bingung jwbnya) Allah itu tidak kelihatan, seperti udara, ada tapi tidak terlihat.(Dia ngerti gak ya?)
Haura : Iya, wajahnya kayak siapa?
Ummi : Ya, gak kayak siapa2... (aduh..udah dong nak, berhenti nanyanya,takut salah jawab...)
Lalu aku buka lembaran album dan memperlihatkan foto yg lain (utk mengalihkan pembicaraan,hehehe..).Akhirnya, sukses, si Haura lupa bertanya lagi. Maafin ummi ya nak... Belum pandai memberi jawaban sederhana yg masuk akal untuk anak. Hiks, harus belajar lagi nih.

Lalu saat saya membaca sebuah artikel di majalah Ayahbunda, disebutkan bahwa anak-anak usia 4 thn memang sangat ingin tahu mengapa segala sesuatu terjadi. Kata "mengapa" langsung dikaitkan dg sesuatu seperti, "mengapa anjing menggonggong?" Yang ada di pikiran anak saat bertanya "mengapa" adalah "Wah,menarik sekali. Ceritain dong, anjing itu apa?" Ternyata, anak-anak usia ini tidak butuh penjelasan sebab akibat. Mereka hanya butuh perhatian dan ingin Anda bercerita apa saja tentang sesuatu yg ditanyakannya. Menjwb pertanyaan atau sekedar bercerita tentang topik yg diajukan anak merupakan 'makanan'bagi rasa ingin tahunya. Jawaban2 yg diterimanya akan meningkatkan rasa ingin tahunya dan memberi pemahaman lebih baik ttg arti kata.

Saran di majalah tsb, saat anak terus menerus bertanya "mengapa" dan membuat kita lelah dan berharap "mengapa" itu segera berakhir... adalah "bersabar"... Huaaa... bersabar lagi... bersabar lagi... Perjuangannya para ibu nih. Yup! Semangat...!!!!

Jumat, 05 Juni 2009

PINGIN ANAK PINTAR MEMBACA


Dalam obrolan ringan dg para ibu, kebanyakan mrk khawatir anaknya tidak bisa membaca saat TK. Mungkin karena di Indonesia, salah satu syarat tidak tertulis masuk SD adalah anak harus sudah mampu membaca dan menulis. Sehingga wajar jika banyak ibu yang gelisah jika anaknya sudah TK B tapi belum lancar membaca, ada anggapan jika belum bisa membaca berarti si anak bodoh, dst, akhirnya les membaca menjadi marak hanya agar bisa mengejar “ambisi” agar anak bisa cepat membaca. Fenomena ini membuat saya bertanya-tanya di dalam hati. Saya juga punya teman yg tinggal di luar negeri yg anaknya seusia putri saya, disana metode pendidikan usia dini lebih fun karena anak-anak usia balita tidak dipaksa harus bisa membaca dan menulis.

Sebenarnya pada usia berapa anak sudah mampu membaca? Tentu jawabannya relatif, tergantung si anaknya. Ada anak yang cepat bisa membaca, ada yg perlu waktu lebih lama utk mampu membaca. Tapi satu yg harus diingat, bahwa bukan berarti anak yang lebih lambat itu bodoh, yg cepat itu pintar. Karena menurut saya, kecerdasan seorang anak tidak hanya dilihat dari seberapa cepat ia bisa membaca. Ada kecerdasan-kecerdasan lain yg juga patut kita apresiasi/hargai. Kata para ahli nih, ada 10 ruang kecerdasan ataw bhs kerennya Multiple Intelligence, yaitu: Kecerdasan Berbahasa, Kecerdasan Matematis, Kecerdasan Sebab-akibat (Logika), Kecerdasan Spasial-visual (kecerdasan yg berhubungan dg bentuk, ruang dan warna), Kecerdasan Musikal, Kecerdasan Kinestetik, Kecerdasan Interpersonal (pandai membuka dan memelihara hubungan dg orla), Kecerdasan Intrapersonal (peka thd dirinya, sng mengintrospeksi dan merenung), Kecerdasan Spritual, dan terakhir, Kecerdasan Finansial (kecerdasan dlm mengelola keuangan). Nah, banyak kan jenis kecerdasan itu.

Ini ada ilustrasi singkat, kalau kita ditanya: “Di antara para Rudy ini, yg manakah yg paling pintar? (1) Rudi Khoiruddin (2) Rudi Hartono (3) Rudi Hadisuwarno (4) Rudi Habibie.” Pastinya kebanyakan orang akan menjawab serentak: Rudi Habibie, krn dia seorang engineer, pastinya pintar donk. Nah, mau tahu jawabannya?? Yg benar adalah: eng..ing..eng… Semua Rudy tsb pintar2 semua. Lho? Iya lah. Mereka pintar dalam bidang mereka masing2. Siapa yg gak kenal koki nusantara Rudi Khoiruddin, yg keahliannya memasak patut diacungi jempol. Lalu Rudi Hartono, atlet bulu tangkis legendaris yg selalu mengharumkan Indonesia. Berikutnya, Rudi Hadisuwarno, ini dia jagonya tatanan rambut. Jadi?? Bisa disimpulkan sendiri yaa…

Balik lagi tentang kemampuan baca dan tulis.
Kemampuan membaca dan menulis sebenarnya merupakan kemampuan yg kompleks yg dapat dikuasai melalui proses bertahap selama masa perkembangan anak, sejak usia kurang dari 2 tahun sampai usia sekolah dasar. Jadi, karena ada proses yg bertahap, tidak salah jika kita mulai mempersiapkan anak sejak dini untuk mengenal dan menguasai kemampuan awal membaca, tentu yg sesuai usia anak dan tidak membebani mereka. Seringkali ortu menuntut anak harus cepat bisa, apalagi jika ada anak lain yg sudah bisa. Padahal kemampuan tiap anak berbeda-beda. Jangan sampai anak stres karena tuntutan ortu yg terlalu tinggi.

Satu pedoman yg harus diingat ortu adalah dunia anak adalah dunia bermain. Apalagi di usia mereka yg masih balita kebutuhan bermain mrk masih tinggi sehingga cara kita mengajarkan anak adalah dg bermain. Tidak mudah bagi seorang balita untuk duduk manis di depan meja dalam waktu yg lama. Mereka cepat bosan. Kita bisa membuat variasi belajar, misalnya dg bermain peran, ibu berpura-pura jadi murid, anak menjadi guru. Bisa juga saat dalam perjalanan, kita bisa bermain adu cepat, “Ayo siapa dulu-duluan melihat tulisan ‘mal?’ dst” Kita bias menggunakan tulisan yg ada di plang-plang di pinggir jalan, pasti anak semangat mencari dan tanpa disadari dia sedang diajarkan membaca. Kita juga bisa bermain tebak gambar dg membaca huruf-huruf yang tersusun. Bisa juga dg menggunakan media sehari-hari di rumah, seperti saat ibu membaca majalah, ajak anak untuk menyebutkan huruf-huruf judul/headline suatu rubrik. Lalu bertahap, setelah anak semakin lancar mengeja huruf, ajarkan membaca kata yg terdiri atas dua suku kata yg sederhana, seperti TO-PI, dst. Sehingga dg metoda bermain, anak tidak merasa terbebani saat belajar, ia pun akan menikmati proses belajar yg fun.

Satu lagi, kemampuan manusia mempelajari sesuatu dipengaruhi oleh minatnya. Minat dapat ditimbulkan melalui kebiasaan-kebiasaan yg dijalani sejak usia dini. Termasuk dlm hal membaca. Kebiasaan membaca dalam keluarga memegang peranan cukup penting, karena anak belajar dari contoh yg biasa dilihatnya sehari-hari. Jangan heran jika ortu hobi membaca, maka si anak akan ketularan hobi membaca, dan biasanya anak-anak seperti ini lebih cepat bisa membaca karena terdorong kemauan untuk bisa membaca sendiri. Terlebih lagi jika ortu punya kebiasaan mendongeng atau membacakan cerita pada anaknya. Hal tsb merupakan stimulus yg baik untuk menggugah minat membaca anak.

Memang ada kalanya setelah kita telah mengupayakan segala macam cara, tapi anak kita masih terlihat ogah-ogahan membaca. Don’t be panic, mom! Be patient! Jangan stres jika anak belum bisa membaca, terus ajari anak tahap demi tahap, hargai dan pujilah sekecil apapun kemajuan yg dicapai anak. Penghargaan dari ibu adalah motivasi yg sangat berarti bagi sang anak. Maka, tunggulah saatnya tiba ketika buah hati Anda akhirnya lancar membaca. Tentu itu lebih menyenangkan daripada membebaninya ikut les membaca,bukan? Tapi hati-hati, khusus utk anak yg telah berusia 7 tahun tp blm bisa membaca, mungkin perlu ada terapi khusus.

(1 Juni 2009, utk putriku, Haura yg sedang belajar membaca, ayo semangat nak!)