Kamis, 09 Juli 2009

Ibu Stres, Anak mjd Korban


Suatu ketika, saya sedang berkunjung krmh teman. Kumpul-kumpul dg 5 orang ibu beserta anak2nya. Suasana ceria, anak2 bermain bersama, kadang terdengar teriakan atau ada yg menangis, namun anak-anak bahagia bisa berkumpul bersama. Para ibu bisa asyik mengobrol,sambil sesekali meredakan tangis, mendamaikan saat ada yg berebut mainan, dst. Saat pulang, saya sudah berada di luar rumah. Tiba-tiba,saya dikagetkan dg suara bentakan. Kaget karena tidak menyangka tmn saya itu bisa membentak putrinya seperti itu. Hanya krn putrinya tidak mau bicara apa yg dia inginkan.

Saya jadi teringat pengalaman saya sendiri, saat sedang stres, seringkali kita sbg ibu tidak bisa mengontrol emosi kita, anak yg sedikit rewel, bisa saja membuat aliran darah di otak langsung naik, emosi memuncak dan sang anak pun menjadi korban semburan omelan. Padahal kesalahan anak hanya hal yang sepele, tp jika ibu sedang stres, hal yg kecil pun bisa menjadi besar.

Apa jadinya jika stres sang ibu sudah kronik? apa jadinya jika stres sang ibu tak pernah padam? dan apa jadinya jika ibu tidak jua bisa menyalurkan stresnya? Maka hari-hari anak yg seharusnya indah, berubah menjadi menakutkan. Anak menjadi pemurung, pendiam, penakut dan gelisah, karena ia takut menjadi sasaran omelan sang ibu, takut membuat marah sang ibu lagi. Tapi ada lagi anak yg menjadi pelampiasan sang ibu, tumbuh menjadi anak yg agresif, sang pembuat onar.

Itu baru bentakan, yg jika dilakukan sang ibu di depan umum, bisa meluluhkan harga diri sang anak, merontohkan kepercayaan dirinya. Bagaimana dg cubitan,jeweran, pukulan, dst? Hukuman-hukuman fisik yg dari level ringan sampai penyiksaan yg mengerikan (child abuse), seperti apa yg pernah saya baca dlm kisah masa kecilnya Dave Pletzer dalam triloginya yg diterbitkan Pustaka Gramedia.

Oh my God, astagfirulloh...
Betapa ibu adalah madrasah pertama sang anak.
Adalah ibu adalah teladan pertama sang anak.
Dalam rahim hangat sang ibu, janin bisa tumbuh dg bahagia.
Namun ketika ia lahir, ia dibesarkan dg cara yg salah...
Apa jadinya jika kita membiarkan anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi pendendam, hanya karena ketika ia kecil, sang ibu adalah monster baginya...??

Ya Allah...
Ampunilah kami,para ibu yang seringkali lalai menjaga amanahmu...

Menurut press release Komnas Perlindungan Anak,disebutkan bahwa bentuk kekerasan yg dapat menimpa anak yg dilakukan ortu:
1.Kekerasan Fisik, seperti: menampar, menendang, memukul, membenturkan, dst.
2.Kekerasan Psikis, seperti: penggunaan kata-kata kasar, penyalahgunaan kepercayaan, mempermalukan anakdi depan umum,melontarkan ancaman,dst.
3.Kekerasan Ekonomi/penelantaran,seperti: memaksa anak bekerja menghidupi keluarga misalnya dg menjadi pengemis, pengamen, pengasong jalanan, PSK, dst.

Dlm majalah UMMI yang saya baca ada beberapa TIPS agar ibu bisa belajar mengelola emosi,antara lain:
1. Menyadari bahwa diri sedang stres
Menurut Psikolog Leli Latifah, saat ibu sadar ia stres, cobalah menahan diri untuk tidak melakukan reaksi spontan terhadap apapun.
2. Mengetahui/mencari sumber stres utk mendapatkan solusi
Stres, menurut DR. Seto Mulyadi, dpt disiati dg belajar bersyukur dan mengembalikan segala sesuatunya pd kekuasaan yg di atas. Dg bersyukur, kita akan memandang ujian yg akan membuat kita lebih kuat/ tahan banting.
3. Menciptakan hal-hal yg menyenangkan.
Seringkali ibu menjadi stres karena merasa tak punya waktu khusus untuk dirinya sendiri. Maka istirahatlah sejenak ketika alarm lelah berdendang. Carilah waktu yg bisa memberi kesempatan bagi ibu untuk refreshing, menyegarkan pikiran dan tenaga. Minta tolonglah pd pasangan/keluarga dekat misal ortu kita untuk menjaga si kecil saat kita ingin istirahat sejenak. Olahraga, menghirup udara pagi yg segar dan murah senyum adalah salah satu cara efektif melepaskan stres. Bisa juga dg melakukan hobi-hobi atau minat,pokoknya lakukan hal-hal yg menyenangkan bagi anda. Setelah kesegaran itu datang,insya Allah stres pun hilang dan kita pun dapat menjalani hari-hari dg ceria kembali, walaupun harus kembali tenggelam dlm rutinitas, namun semangat yg baru akan memberi nuansa yg berbeda dlm hidupkita. Percayalah...,hehe...soalnya tips yg ketiga ini dari pengalaman pribadi saya, wekekek...
4. Dekatkan hubungan kepada Sang Pencipta
Menurut DR. Setiawan Budi, stres adalah sesuatu yg alami dan natural. Ia bisa menjadi positif atau negatif tergantung bgmn seseorang mengelola jiwanya. Bagi seorang mukmin, apapun akan dihadapinya dg positif, makin beriman seseorang, semakin pandai ia mengelola stres.
Sebenarnya anak dapat menjadi pengobat stres jika cara pandang ortu thdp anaknya positif. Contoh, ketika ortu sedang deadline, anak-anak ribut, jika sang ayah marah2, semakin stres ia, berbeda jika ia memandang anak sbg hiburannya, jika tidak ada anak-anak akan sepi hidupnya, selalulah berpositif thinking.
Dlm pandangan Islam, ada 4 langkah mengatasi stres, a.l:
(1) Ridho, menerima kenyataan dg ikhlas. (2) Ikhtiar (usaha), optimal utk menjalani dan mengatasi realitas, (3) Tawakal, enyerahkan segalanya kepada Allah, (4)Rojaa' (berharap), berharaplah dan bergantung kepada Allah, bukan kepada makhluknya yg hanya dapat menimbulkan kekecewaan jika ia tidak bs membantu kita.

Yang pasti, jangan biarkan stres berlarut-larut. Sebelum ia menjadi sumber penyakit fisik dan kronik, siapkan diri untuk selalu siap dalam menghadapi persoalan hidup dan menyandarkan haraan dan kepasrahan kepada Allah. Semoga kita bisa ya... demi masa depan anak-anak yg lebih baik, aamiin...

1 komentar:

prabhamwulung mengatakan...

kalo si haura kayanya ga pernah dibentak kan win? tampangnya bahagia soalnya :p