Minggu, 26 Juli 2009

BELAJAR DARI ANAK

Sabtu subuh, saya merasa perasaan yg tidak enak, smlm memang saya tidak nyenyak tidur, akhirnya saya telpon hp suami, dia sedang menjaga ibunya yg sedang koma di RS. Saat saya telpon, ternyata ibu mertua sdh dipanggil yg Maha Kuasa setelah suami selesai sholat shubuh... Lalu, saya pun siap2 untuk mengikuti prosesi pemakaman mbah putri. Haura saya bangunkan, mandi dan sarapan, lalu berangkat bersama kakak krmh ibu mertua. Haura bertanya kita mau kemana ummi? saya jwb, mbah meninggal nak, mbah mau bertemu Allah. Dia terlihat manggut2 saja, entah mengerti atau tidak.

Layaknya seorang gadis kecil berusia 4 thn, Haura selalu ceria, ingin tahu dan tidak bisa diam (lincah). Saat melihat mbah yg terbujur kaku, Haura malah minta melihat wajah mbah, tanpa rasa takut, dia bergumam, "Hmm... mbah kok wajahnya putih ya?" lalu dia sibuk mengamati wajah mbahnya.

Saat, pemakaman, br turun dari mobil, dia berkata, "Wah, kita di kuburan. Jadi lupa-lupa ingat nieh..." Haura memang lg suka band Kuburan yg membawakan lagi hits Lupa-lupa Ingat. Sepanjang perjalanan, ada2 aja ocehannya, apa yg dia liat selalu dikomentari, kalo dia penasaran, selalu bertanya pd saya. Saat dia melihat ayahnya berada di lubang kuburan utk memasukkan jenazah mbah, dia panik, "ummi... Ayah nanti naiknya bagaimana, itu kan dalem?" lalu dia berdiri paling depan, melongok ke dalam lubang, memperhatikan dg seksama dan mulutnya pun tak bs berhenti mengoceh atau bertanya, seperti, kenapa tanahnya harus dibulet-buletin dulu? kenapa pake bambu? knp mbah dipenjara? (dia menganggap mbahnya itu dimasukan lubang seperti di penjara, krn ukuran lubang yg sempit dan di sekelilingnya ada tonggak2 bambu. Kenapa harus ditaburin bunga? Dst, dst, apapun selalu menarik bagi gadis kecilku ini.

Menyaksikan momen mbah putrinya meninggal, yg bagi orang dewasa sangat menyedihkan, baginya adalah suatu pengalaman baru. Dia bisa menceritakan kembali kpd temannya bgm dia "mengantar" mbah putrinya dg gayanya yg ceria, khas anak2.

Putri kecil saya ini, selalu terlihat bahagia, ceria, tanpa ada beban. Suatu hari, dia bercerita pd saya, bahwa ia ingin menjadi orang kaya. Wah, dari mana kosakata itu, saya jadi tergelitik utk bertanya lebih jauh.
Haura : Ummi, aku mau jadi orang kaya, ah.
Ummi : Hmm... memangnya orang kaya itu apa?
Haura : itu lho, yg rumahnya tingkat, ada tangganya, punya mobil, ada kolam renangnya, kamarnya ada gambar putri, bagus deh... aku mau, ummi
Ummi : Ooh, gitu... Kalo gitu, Haura rajin berdoa, minta sama Allah ya biar jadi orang kaya.
Haura : Iya.
Hmm, saya jadi berpikir, kapan ya dia mulai mencerna sesuatu yg dia lihat, mulai menginginkan dan mengkhayalkan sesuatu.

Saat, Haura saya ajak menjenguk sepupu yg melahirkan, saat melihat bayi mungil, dia senang sekali. Dia pun berkata, "ummi, cepetan donk, adikku lahir..." hehe... sabar ya nak, nanti bulan desember ummi baru melahirkan.

Saat saya sedang bete dan jenuh dg rutinitas, melihat Haura dg segala polahnya seperti obat mujarab bagi saya. Melihatnya semakin besar, semakin banyak hal2 yg menakjubkan, saya tidak menyesal memilih menjadi ibu rumahan...

Ah, gadis kecilku...
Teringat kata seorang teman, bahwa orang dewasa pun bisa belajar dari anaknya.
Betapa indahnya dunia dalam alam berpikir anak-anak.
Begitu jujur, polos dan indah.

Ajari, ummi ya nak...
Bantu ummi belajar menjadi ibu yg baik untukmu...

3 komentar:

atha lakuary mengatakan...

haura pasti lucu :)

dya anak pertama mba ya??

semoga haura menjadi anak yang pintar dan solehah :)

amin..

salam kenal
atha lakuary

Anonim mengatakan...

Iya, Haura putri pertama saya, anaknya ceria dan gak bs diem. Pas agak besar baru terlihat kalau dia jg kreatif. Trmksh ya sdh kunjungin blog saya, salam kenal juga :)

salman mengatakan...

kita semua,,, sukses milik semua orang, jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin, dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, salam....
terima kasih atas penulisan artikel/informasi ini, semoga bermamfaat bagi