Kamis, 20 September 2007

REUNIAN TEMAN KULIAH


Setelah 5 tahun berlalu, usai lulus kuliah, semua mulai sibuk dengan dunia masing-masing. Lama berlalu, paling terdengar kabar teman telah begini- begitu. Yang masih bersilaturahim atau kontak via phone or sms bisa dihitung dengan jari. Sampai suatu hari, saat saya mulai ber-FS ria (ketinggalan zaman yaks, hehehe…) Soalnya sebelumnya my little girl masih bayi, ibunya jadi belum bisa “kemana-mana”, sekarang putriku sudah 2 tahun, dan aku juga mulai semakin bosen berdiam diri di rumah, mulai butuh sarana aktualisasi dan kesibukan baru di luar rutinitas ibu rumahan. Alhamdulillah juga ada kemudahan bisa nge-net hampir tiap hari, jadi aku mulai melanglang buana saat Haura tidur.

Back to FS, melihat foto-fot beberapa teman dengan kehidupannya saat ini. Yang mayoritas sudah menikah dan memiliki anak, entah kenapa menimbulkan rasa rindu ingin berjumpa. Akhirnya setelah kontak dengan seorang sahabat, mulailah kami menyusun rencana untuk mengadakan acara reunian kecil-kecilan, antar kita dulu. Mulailah saya meng-sms en kontak-kontak teman-teman akhwat FUSI’97, alhamdulillah hampir semua merespon positif pertemuan ini. Tempat yang dipilih adalah Pondok Laras, hari Ahad, 26 Agustus 2007, kumpul pukul 11.00 untuk makan siang bersama, acara reuninya memang di-set gak formal.

Alhamdulillah, acaranya lancar. Kami datang dengan membawa keluarga kami masing-masing, wah riuh en rame dengan bayi dan anak-anak balita yang gak bisa diam. Setelah tidak bertemu sekian lamanya, ternyata masih banyak teman yang penampilannya gak berubah walaupun ada juga yang agak berubah, tapi sifat dan karakter sih masih sama, masih pada bawel-bawel, eh yang kalem keibuan juga ada donk. Ya, begitulah indahnya menjalin ukhuwwah, dengan berbagai karakter tiap orang yang unik.

Subhanallah, rasanya rindu itu pun menemukan tempatnya. Terima kasih ya Rabb telah mempertemukan kami kembali dalam indahnya Islam. Walaupun juga ada cerita sedih tentang sahabat yang berubah 180 derajat setelah bekerja, at least temenku itu masih tetap memakai jilbab walau sudah keluar dari tarbiyah. Yah, begitulah hidup dengan berbagai pilihan, apa pun yang kita pilih saat ini, apa yang kita yakini baik untuk kita saat ini, semoga semua itu masih berada dalam naungan ridho-Nya. Semoga Allah senantiasa menjaga diri kita dan keluarga untuk tetap istiqomah di jalan-Nya sampai akhir hayat kelak, aamiin…

Selasa, 18 September 2007

ANAK SUSAH MAKAN


Siapa hayo ibu yang seneng anaknya susah makan atau picky eater (yang suka pilih-pilih makanan or maunya makan itu-itu aja) ??? pasti gak ada lha yaa...

Tanya juga gimana reaksi mereka manghadapi anak-anak tipe tsb. Kayaknya saat makan menjadi "perang" ibu dg sepiring makanan dengan sang anak, dari aksi menutup mulut rapat-rapat ataow kalopun berhasil makanan masuk ke mulut dg sukses pula disembur/dimuntahin lagi, atau anak yg harus kejar-kejaran dulu kalo makan, sekalian sang ibu jadi olahraga deh, hehehe.. kalo waktu nulis sih bisa ketawa-ketawa, tapi kalo lagi saat ini menghadapi adegan itu, walah-walah, benar-benar menguji kesabaran banget gak sieh??? apalagi jika proses makan yang ngabisin waktu berjam-jam, gimana gak stres kan?

Biasanya utk mengatasi problem anak seperti ini, kuncinya adalah SABAR, bersabar dalam menghadapi polah anak dan terus berusaha mencari cara agar anak menyenangi acara makan dan makan menjadi momok yang menyenangkan untuk anak. Begitu nasihat yang saya dapat dari dokter atau dari literatur buku, dll.

Pada kenyataannya menjadi sabar, benar-benar butuh proses dan perjuangan yang panjang, yang kadang melelahkan, apalagi jika pola makan anak sama sekali tak kunjung berubah.

Saya sendiri termasuk ibu yang pusing dengan pola makan putri saya ini.
Pada awalnya putri saya waktu bayi masih mudah disuapin, namun semakin bertambah usia dan semakin bertambah kepintaran dan kebisaannya, sejak usia 9 bulan-an, dia mulai sulit makan. Walhasil berbagai cara telah saya coba, mulai dari mengajaknya bermain sambil menyuapi makan, makan sambil mendengarkan musik riang, mengajak jalan-jalan, membacakan cerita ttg anak yang suka makan, mencoba variasi makanan, dan makan bersama-sama, tapi sampai saat ini di usia 2 tahun, putri saya masih tetap bermasalah dalam pola makannya. Haura hanya makan dengan porsi sedikit, setelah itu menolak makan.

Rasanya stres sekali setiap kali ditanya orang berapa beratnya sekarang, atau saat kontrol ke dokter dan dokter akan menasehati saya panjang lebar tentang bagaimana membuat suasana makan menyenangkan, dst, dan biasanya putri saya akan diberi tambahan vitamin.

Sampai-sampai saya pernah mengalami puncak stres sehingga mudah sekali menangis dan sensitif dengan komentar orla. Tapi lambat laun saya belajar, apa pun komentar orla tidak terlalu saya pusingkan. Seperti kata-kata orla yg suka membanding-bandingkan tubuh montok anaknya dengan putri saya. Alhamdulillah seiring waktu, nafsu makan putri saya mulai membaik, walau masih mengikuti moodnya. kadang makannya bisa banyak, kadang masih susah. Tidak apa-apa makan sedikit tetapi frekuensinya lebih sering.

Sejauh ini, putri saya termasuk anak yang jarang sakit, walaupun tubuhnya mungil, dia lincah, ceria dan cerdas. saya selalu mengamati tumbuh kembangnya, dan alhamdulillah perkembangan motorik halus dan kasar Haura berjalan baik, perkembangan bicara maupun emosinya juga tidak ada masalah. Haura bisa duduk dan berdiri sendiri di usia 6 bulan, bisa berjalan lancar di usia 12 bulan, mulai cerewet dan pandai menyanyikan lagu anak-anak di usia 18 bulan, di usia 20 bulan sudah bisa berhitung 1-10, bisa memasukkan aneka bentuk ke tempatnya. Di usia 2 tahun, semakin banyak yang ia kuasai, Haura sudah bisa melepas dan memakai baju, celana, kaos kaki dan sepatunya tanpa dibantu, bisa menyusun puzzle zigzag empat kotak sendiri, bisa ngobrol di telpon, dan pandai meniru apa pun yang ia suka terutama aktivitas sehari-hari saya, seperti menyapu, membuatkan susu, dll.

Sebenarnya dari literatur yang saya baca, problem makan anak seperti picky eater ini wajar terjadi di usia 1-3 tahun. Menurut psikolog, hal tsb mrpkn tahapan perkembangan anak yang tjd bersamaan dengan perkembangan egonya. Bisa jadi anak yang picky eater, ortunya jg termasuk orang yg pilih-pilih makanan, sehingga tanpa sadar anak menirunya.

Saya jadi ingat putri saya lagi, di balik sikap menolak makannya (makan yg dimaksud adalah makan utama), sebenarnya ia bukannya tidak mau makan sama sekali. Sejak usia 1 tahun, dia hanya mau makan dengan caranya sendiri. Hanya saja karena ketrampilan makannya belum sempurna, untuk menyendok makanan saja dari piring masih lebih banyak yang jatuh apalagi setelah masuk ke mulutnya, sedangkan yang masuk ke mulutnya cuma sedikit yang tersisa. Makanan yang berserakan di lantai, kadang dengan polos dipungutnya makanan tsb, dan hup masuklah ke dalam mulutnya. Belum lagi jika muncul daya eksplorasinya melihat makanan yang berceceran tsb, malah asyik dimain-mainkannya, sehingga lupa dengan acara makannya. Menemani proses belajar makan anak juga menuntut lagi-lagi kesabaran ibu. Kadang saya suka tidak tahan, ingin menyuapi saja, daripada makanan terbuang-buang, tapi putri saya selalu marah jika "diganggu" saya, dan saya pun akhirnya mengalah dengan membiarkan ia makan dengan caranya sendiri. Usai makan, putri saya akan berlari ke kamar mandi minta dicuci tangannya, dan itu artinya dia tidak mau meneruskan makannya, dan akhirnya saya memberinya susu untuk tambahan gizinya. Putri saya hampir tak pernah makan sayur yang saya berikan, hanya nasi dan lauknya saja. Ini memang masih jadi pe-er saya, sebenernya saya sendiri dari kecil kurang suka makan sayur, ternyata kebiasaan buruk ini "menular" ke putri saya. Wah, bagaimana ini... padahal sejak hamil, saya sudah memaksakan diri selalu makan sayur, dan sampai saat ini pun saya selau makan sayur saat makan bersama putri saya.

Satu lagi, putri saya juga suka mengemil, walaupun juga dalam porsi yang sedikit. Saat ini saya masih belum sempat berkreasi membuat cemilan-cemilan lucu, sedangkan Haura mulai bosan dengan biskuit/kue/krakers yg instan yang mudah dibeli tanpa saya susah-susah payah memasaknya. Setelah memiliki anak, seorang ibu ternyata harus "pandai" berkreasi dengan masakan en cemilan sehat utk anak, hiks... saya sebenernya orang yang malas masak...

Lagi-lagi dapet saran en nasehat dari psikolog, agar ibu tidak sakit hati dan patah semangat, karena sudah capek-capek membuat masakan tapi kemudian tidak dimakan anak. Jadikan hal itu sebagai tantangan untuk lebih kreatif lagi menyajikan menu yang bervariasi dan makanan yang bisa menggugah selera anak. So, semangat euiyyy... Ayo, ke dapur, bu!!!

Ini ada 10 taktik jitu hadapi anak susah makan (sumber: majalah ayahbunda, no.10/2007)
1. Nampan aneka warna
Sajikan aneka jenis potongan kecil buah, camilan, kue, dll di atas nampan yang menarik
2. Dicelupkan, ini salah satu favorit anak.
Misalnya biskuit dicelupkan dulu ke susu sebelum masuk mulut
3. Dioleskan
Oleskan sesuatu lebih dulu di atas permukaan makanan. Misal ajarkan anak mengoleskan mentega/ selai kacang/ selai buah di atas selembar roti, biskuit/ krakers.
4. Sedotan
Ajaklah si kecil membuat aneka smoothies, jus buah campur susu atau wheep cream, serta sajikan dg sedotan. Bunyi sruput sedotan menimbulkan sensai yg mambuat anak bersemangat.
5. Mini is more
Potong aneka makanan dalam berbagai bentuk yg menarik dan berukuran mini. Misal sandwich mini dg bentuk segitiga atau segiempat, diberi hiasan tusuk gigi berbendera.
6. Dihias
Setiap anak yang tidak suka makan sekali pun, pasti tergiur mencicipi ketika melihat makanan yang dihias menarik
7. Santap bersama
Ajaklah anak-anak teman anda atau keponakan (apalagi yang doyan makan) menemani sio kecil makan. Biasanya cara ini akan mengubah sikap si kecil yang suka pilih-pilih makanan.
8. Berikan dengan porsi kecil, karena lambungnya masih kecil
9. Libatkan memasak
Mulai dari proses belanja, persiapan hingga penyajian. Dia kan lebih berselera mencicipi hasil karyanya sendiri.
10. Ubah menu
Misal. nasi goreng yang semula untuk sarapan ditukar dengan menu makan malam, yang penting kebutuhan kalorinya terpenuhi.

Dari 10 tips tsb, yg paling berhasil pada putri saya adalah yg poin ke-7 (santap bersama). Setiap kali makan bareng sepupu atau teman main, Haura bisa lahap dan banyak makannya, sayangnya makan bersama ini gak bisa 3x sehari, paling pas makan siang, tapi gpp dech, yang penting terus semangat mencari cara agar si kecil doyan makan. semangat euiiyyy...

Minggu, 09 September 2007

KERACUNAN LAGU POP


Sejak kecil, saya memang suka menyanyi, dan mencapai puncaknya saat smp-smu, dimana tiada hari tanpa musik menemani hari-hari saya. Sambil membaca buku, atow belajar bahkan saat dapet tugas mencuci piring, alunan lagu pasti menemani. Mulut pun asyik mengikuti syair yang dinyanyikan sang penyanyi, mo di kamar ampe kamar mandi sok pede aja nyanyi, padahal yg denger paling udah pada pengen pingsan kali ya.

Saat itu, di era tahun 90-an, saya sangat suka lagu-lagu heavy metalnya Helloween, Jon Bon Jovi, Skid Row, Metallica, dll, yah agak terpengaruh kakakku yg tidur sekamar sieh. Lagu klasik rock macam The Police ampe yg nge-punk seperti Nirvana, Greenday jg suka berat. Musik yg paling saya benci tentu aja dangdut dan disco. Cita-cita saya saat smp, kalo masuk smu mau jadi anak band. Walhasil ketika jd anak baru di smu 28 ragunan, saya sempet mau masuk ekskul Unit Kesenian (UK), eh batal, gara-gara malu pas orientasi kok suaraku yg paling fals. Walhasil, mundur teraturlah aku dari UK krn minder, hehehe...

Setelah belajar mengenal Islam saat kuliah, kesuakaan saya terhadap musik mulai bergeser, saya mulai suka mendengarkan lagu-lagu religius atau nasyid, terutama Snada, Raihan, Bimbo, Izzis, dll.

Waktu masuk dunia kerja, dan seruangan dengan para bapak yang hobi download lagu2 terbaru untuk koleksi MP3nya. Waktu itu pak Ivanosky emang paling hobi ngoleksi berbagai jenis musik, en koleksi lagunya buanyak banget, yang bikin saya tergoda juga pengen dengerin. Apalagi pak Ivan en dwight juga mbak asih begitu getol membangkitkan memory nostalgia saya terhadap lagu-lagu favorit era tahun 90-an itu, back to jadul dech. Walhasil terbiasalah saya mendengarkan lagu-lagu lama, menemani stres dikejar deadline.

Setelah menikah dan berhenti kerja, dan belajar hidup mandiri lepas dari ortu. Kebetulan komputer rmh gak ngedukung utk saya ngedengerin musik. Yang saya punya cuma kaset-kaset nasyid. Alhamdulillah, jadi berkurang godaan duniawi, hehehe... Walaupun kadang masih suka "nyuri-nyuri" lewat klip di MTV or Global TV, tp jarang banget, jarang nonton TV juga sih, sibuk ngurus rumah, en saat hamil juga lagi seneng2nya baca buku-buku parenting, yg berhubungan dengan ngurus bayi.

Kini putri saya sudah berusia 2 tahun. Dan ternyata dia juga anak yang sangat suka menyanyi. Di usia 18 bulan, Haura sudah pandai meniru lagu-lagu anak-anak yang sering didengarnya melalui CD ataupun melalui nyanyian saya sejak dia bayi, saat menemani dia bermain, saat mandi, saat sebelum tidur serta saat membacakan cerita jika saya menemukan objek yang sesuai dengan lagu, saya spontan menyanyi. Walau dengan suara fals, menurut buku yg saya baca, ibu atau ortu tidak perlu minder, tetap pede, karena alunan lagu yg keluar dari hati akan memberi efek kebahagiaan pada anak. Anak tumbuh menjadi anak yang ceria dan periang.

Alhamdulillah, putri saya memang tumbuh menjadi anak yang ceria, lincah dan mandiri. Di usianya sekarang semakin banyak lagu yang bisa dinyanyikannya. Sayangnya, pengaruh lingkungan juga turut memberi dampak terhadap putri saya. Sehari-hari Haura biasa bermain dengan sepupunya (kak Meru) yang usianya terpaut 4 tahun dari Haura. Di sekolah, kak Meru terbiasa mendengar lagu-lagu pop yang sedang hit saat ini, dan hal itu terbawa ke rumah. Dan Haura pun yang sedang senang meniru juga ikut-ikutan suka dengan semua lagu yang disukai kak Meru. Walhasil di usia 2 tahun, Haura sudah bisa menynyikan lagu Surga-Mu, Andai Kau Tahu-nya band Ungu, lalu berlanjut ke lagu2 Nidji, semacam Kau dan Aku, I'm Child, Disco Lazy Time, jg Letto dg Ruang Rindunya. Dan sekarang Haura jg suka menyanyikan lagu Linkin Park "What I've Done" dan Bersama Bintangnya band baru Drive.
Waksss.... Pussiiiiiiiiiiiinggggggggg.....

Apa yang harus saya lakukan dengan racun-racun lagu ini. Semakin hari semakin bertambah saja lagu-lagu yang sebenarnya belum pantas untuk anak usia 2 tahun. Memang saat anak kecil menyanyi, lucu dan gemesin banget melihatnya, tapi lama-lama hati ini miris sekali. Aduh, putri saya kan belum mengerti arti apalagi makna dalam lirik yang dinyanyikan itu. Saya merasa amat bersalah, bagaimana pun juga semua ini terjadi juga karena andil saya juga, membiarkan dia mendengarkan lagu tsb saat bermain di rumah kak Meru, kadang saya juga suka khilaf bersenandung di rumah, aduh rasanya sedih sekali. Menjadi ibu yang baik itu ternyata sulit banget. Tanpa sadar, saya sering memberi contoh yang kurang baik.

Waah, apa yang harus aku lakukan???????

Kamis, 06 September 2007

HAURA SAYANG BUNDA


Suatu hari yang cerah, sama seperti hari-hari biasa, setiap pagi saya mulai disibukkan rutinitas bersih-bersih rumah dan memasak, setelah sarapan pagi.

Pagi itu saat saya sedang meracik bumbu masakan, putri saya, haura yang berusia 2 tahun, datang menghampiri saya. terbersit dalam pikiran saya, pasti seperti biasanya akan mulai "mengganggu" aktivitas saya.

Putri saya duduk manis di samping saya yang sedang mengupas bawang merah.
Haura : "Ini apa, mah?" (sambil menunjuk bawang merah)
Bunda : "Oh, ini bawang merah." (saya mulai membatin, pasti setelah ini dia akan ikut-ikutan mengupas bawang dengan pisau mainannya)
Haura : "ini apa?"
Bunda : "itu bawang putih"
Haura berlari menuju pojok mainannya. Di pojok itu ada sebuah meja dan dua kursi mungil, serta box berisi mainannya, termasuk peralatan masakannya.

Haura sibuk mencari sesuatu dalam box
Haura : "Manaaa pisauku?"
(Bunda membatin, wah.. mulai deh..)

Haura datang dengan membawa pisau mainannya, duduk manis lagi di samping saya, tangannya mengambil bawang merah.
Bunda : "Nak, kupasnya yang bawang putih saja. Kalo bawang merah nanti mata kamu perih, keluar airmata." (saya berusaha menjelaskan alasan pilihan saya)
Haura : "Ooh..." (sambil melepas bawang merah dan mengambil bawang putih dari keranjang bumbu)

Haura pun asyik mengupas bawang putihnya, sambil melirik cara saya mengupas. Tapi karena pisau Haura hanya mainan, Haura tidak berhasil mengupas bawangnya. bawang tsb malah jatuh dan menggelinding di lantai.

Merasa lucu dengan apa yang dilihatnya, haura lupa akan keinginannya mengupas bawang. haura mengambilk bawang-bawang lainnya dan mulai menggelindingkannya denga pisau mainannya. Ia tertawa-tawa geli melihat aksinya sendiri.
Bunda : "Hayoo, Haura. Bawangnya ditaruh lagi kesini ya" (menunjuk keranjang bumbu)

Haura masih asyik menggelindingkan bawang-bawang seakan-akan bermain golf mini. Tiba-tiba ia datang menghampiriku lagi. Kupikir ia akan mengembalikan bawang-bawang tadi. Kepalanya yang mungil dijulurkan ke arahku dan tiba-tiba saja, Haura mengucapkan kata-kata yang mengejutkan.
Haura : "Mah, Uwa (Sebutan Haura krn ia masih cadel) sayang mah..."
Deggg! Byuurr... Rasanya baru kali ini saya merasakan sensasi yang luar biasa dari seuntai kalimat yang dilontarkan putri kecil saya.

Di usianya yang baru 2 tahun, ia sudah bisa belajar mengucapkan kata cinta.
Haru menyeruak di hati saya, begitu dalam.
lalu saya peluk putri kecil saya ini,
Bunda :" terima kasih ya nak..."
Putri saya pun berlari ke pojok mainannya dan mulai asyik bermain masak-masakan, meninggalkan saya yang masih terpesona dengan lontaran spontan putri kecilku.

Ya Allah, betapa bahagianya saya.
Mungkin saya terlalu sentimentil. Tapi rasanya setiap ibu mungkin akan merasakan sama seperti apa yang saya rasakan saat ini.

Duh, hari itu saya sangat bersemangat menjalani hari. Hatiku dipenuhi bunga-bunga cinta.
Nanti saat suami pulang kerja, saya akan mengucapkan rasa sayang saya padanya, hehehe... Belajar mengucapkan cinta dari seorang anak usia 2 tahun, rasanya gak salah juga kan? hmmm....

(Home sweet home, 7 September 2007)