Kamis, 22 Januari 2009

DEMAM SEPEDA RODA DUA & RUANGAN TANPA SEKAT


Anak-anak memang selalu senang bergerak, mereka pun tak bisa bermain sepanjang hari dengan satu jenis permainan. Saya suka memperhatikan Haura dan teman bermainnya, jika mereka mulai bosan dg permainan yg ada, maka mereka mulai menciptakan permainan yg baru, sampai mereka bosan lagi dan punya permainan lain yg baru lagi. Saya pikir hal tsb dapat membuat mrk kreatif. Kadangkala ada juga saatnya satu jenis permainan mendominasi selama berjam-jam lamanya, tapi tidak akan pernah bertahan lama sepanjang hari hanya dg main itu-itu saja. Mungkin pendapat saya ini tidak mewakili semua anak, karena objek pengamatan saya ya putri kecil saya itu yg masih di tahap balita.

Seperti beberapa waktu ini, hampir satu pekan, Haura dan kak Meru lagi senang2nya main sepeda roda dua. Khusus untuk Haura sebenernya roda tiga (ada 1 roda kecil bantuan, karena Haura blm pede ketika roda kecilnya dilepas). Setiap hari, mereka berdua begitu bersemangat menunggu waktu main sepeda tiba (soalnya mereka baru diizinkan main di luar rumah di waktu sore hari). Kadang peserta bertambah satu, temannya Haura, si Idham yg usianya lebih tua 8 bln dari Haura. Idham sudah jago bermain sepeda roda dua. Maka mereka bertiga akan bermain sepeda bolak-balik di jl.juragan Sinda IV sampai habis tenaga dan berpeluh keringat, berjam-jam lamanya tak terasa bagi mereka yg sedang bersemangat, sekan tenaga tak ada habis-habisnya. Dan permainan tsb pun kadang harus berakhir saat salah satu dari mereka dipanggil pulang. Usai bersepeda, kadang saya mencuci roda sepeda Haura, karena Haura juga senang bermain sepeda mininya di dalam rumah. Kebetulan rumah saya antara ruang tamu, ruang keluarga dan ruang makan tidak dibatasi sekat pembatas shg ruangan terasa luas, selain karena peletakan perabot rumah seperti sofa dan meja makan yang berada di pojok ruangan sehingga membuat anak2 leluasa bermain sepeda kecil, magic car dan mobil mini di dalam rumah. Tapi, polusi suaranya itu loh, haduh, kalo mrk sdg main, bising banget, tapi lama2 sih saya terbiasa, hahaha…

Pernah ada teman yang berkunjung ke rumah, dan bertanya kenapa saya tidak menyekat tiga ruang tsb agar lebih rapi, tidak blong (memang dari sofa di ruang keluarga bisa terlihat jelas seisi rumah kecuali kamar tidur ortu dan wc). Saya jawab karena saya masih punya anak kecil. Saya ingin anak2 bebas bereksplorasi dg ruangan yg luas. Dan hal tsb juga memudahkan saya yang single fighter di rumah (tanpa mbak prt), sambil beraktivitas tp tetap dapat mengawasi Haura dan teman mainnya. Saya pribadi, kurang merasa nyaman, jika Haura main di luar tanpa pengawasan. Haura masih 3.5 thn, saya masih khawatir kalo2 ada orang jahat, takut diculik atau takut Haura tertabrak motor/mobil, karena rumah kami bukan di komplek tapi di lingkungan rumah penduduk yang jalannya bebas dipakai siapa pun, apalagi motor-motor yang lewat depan rumah kami itu suka sekali ngebut, mungkin karena daerah gang kami cukup sepi dan beraspal. Maklumlah ibu-ibu suka parno alias paranoid,hehehe…

Ruangan yg blong bagi saya saat ini sangat berguna, karena saya bisa membaca atau utak-atik komputer ataupun menonton TV di ruang keluarga, bahkan sambil memasak dan mencuci piring di dapur dapat saya lakukan sambil tetap mengawasi anak2. Memang ada beberapa pekerjaan rumah yg tidak bisa dikerjakan selama anak2 sedang bermain, seperti menyetrika baju dan mengepel lantai. Itu saya kerjakan di saat Haura tidur. Untuk TV, saya cukup selektif, jika anak2 sdg asyik bermain di dalam rumah, saya hanya menonton acara yg aman utk anak2, seperti acara good morning, apa kabar Indonesia, wisata kuliner, harmoni sehat, siraman ruhani, news, dll, tdk boleh ada adegan kekerasan baik fisik maupun verbal, tidak boleh nonton sinetron apalagi gosip, karena walaupun anak tidak ikut menonton tapi dia bisa mendengar dan mencontoh ibunya. Sebisa mungkin memberi pembiasaan pada anak mana yg boleh ditonton, mana yg tidak. Alhmd, putri saya pun mengerti aturan yg saya terapkan. Bahkan jika sedang menginap di rumah nenek, dia akan spontan berkomentar jika melihat tayangan yg tidak baik, seperti saat neneknya nonton sinetron “Nek, itu gak bagus..” Hahaha…

Back to topic ruang tak bersekat, saya pikir tiap orang bisa berbeda-beda dalam mengatur rumahnya, tergantung selera, kenyamanan dan kebutuhan. Mungkin jika Haura dan adik2nya sudah besar, rumah kami bisa dibuat lebih tertata (bersekat, jelas organisasi ruangnya), karena setelah menanjak remaja, anak-anak biasanya lebih butuh space pribadi seperti kamarnya sendiri untuk diuprek-uprek sesuka mereka. Ya, flexible aja lha yaaa…

Tidak ada komentar: