Kamis, 06 September 2007

HAURA SAYANG BUNDA


Suatu hari yang cerah, sama seperti hari-hari biasa, setiap pagi saya mulai disibukkan rutinitas bersih-bersih rumah dan memasak, setelah sarapan pagi.

Pagi itu saat saya sedang meracik bumbu masakan, putri saya, haura yang berusia 2 tahun, datang menghampiri saya. terbersit dalam pikiran saya, pasti seperti biasanya akan mulai "mengganggu" aktivitas saya.

Putri saya duduk manis di samping saya yang sedang mengupas bawang merah.
Haura : "Ini apa, mah?" (sambil menunjuk bawang merah)
Bunda : "Oh, ini bawang merah." (saya mulai membatin, pasti setelah ini dia akan ikut-ikutan mengupas bawang dengan pisau mainannya)
Haura : "ini apa?"
Bunda : "itu bawang putih"
Haura berlari menuju pojok mainannya. Di pojok itu ada sebuah meja dan dua kursi mungil, serta box berisi mainannya, termasuk peralatan masakannya.

Haura sibuk mencari sesuatu dalam box
Haura : "Manaaa pisauku?"
(Bunda membatin, wah.. mulai deh..)

Haura datang dengan membawa pisau mainannya, duduk manis lagi di samping saya, tangannya mengambil bawang merah.
Bunda : "Nak, kupasnya yang bawang putih saja. Kalo bawang merah nanti mata kamu perih, keluar airmata." (saya berusaha menjelaskan alasan pilihan saya)
Haura : "Ooh..." (sambil melepas bawang merah dan mengambil bawang putih dari keranjang bumbu)

Haura pun asyik mengupas bawang putihnya, sambil melirik cara saya mengupas. Tapi karena pisau Haura hanya mainan, Haura tidak berhasil mengupas bawangnya. bawang tsb malah jatuh dan menggelinding di lantai.

Merasa lucu dengan apa yang dilihatnya, haura lupa akan keinginannya mengupas bawang. haura mengambilk bawang-bawang lainnya dan mulai menggelindingkannya denga pisau mainannya. Ia tertawa-tawa geli melihat aksinya sendiri.
Bunda : "Hayoo, Haura. Bawangnya ditaruh lagi kesini ya" (menunjuk keranjang bumbu)

Haura masih asyik menggelindingkan bawang-bawang seakan-akan bermain golf mini. Tiba-tiba ia datang menghampiriku lagi. Kupikir ia akan mengembalikan bawang-bawang tadi. Kepalanya yang mungil dijulurkan ke arahku dan tiba-tiba saja, Haura mengucapkan kata-kata yang mengejutkan.
Haura : "Mah, Uwa (Sebutan Haura krn ia masih cadel) sayang mah..."
Deggg! Byuurr... Rasanya baru kali ini saya merasakan sensasi yang luar biasa dari seuntai kalimat yang dilontarkan putri kecil saya.

Di usianya yang baru 2 tahun, ia sudah bisa belajar mengucapkan kata cinta.
Haru menyeruak di hati saya, begitu dalam.
lalu saya peluk putri kecil saya ini,
Bunda :" terima kasih ya nak..."
Putri saya pun berlari ke pojok mainannya dan mulai asyik bermain masak-masakan, meninggalkan saya yang masih terpesona dengan lontaran spontan putri kecilku.

Ya Allah, betapa bahagianya saya.
Mungkin saya terlalu sentimentil. Tapi rasanya setiap ibu mungkin akan merasakan sama seperti apa yang saya rasakan saat ini.

Duh, hari itu saya sangat bersemangat menjalani hari. Hatiku dipenuhi bunga-bunga cinta.
Nanti saat suami pulang kerja, saya akan mengucapkan rasa sayang saya padanya, hehehe... Belajar mengucapkan cinta dari seorang anak usia 2 tahun, rasanya gak salah juga kan? hmmm....

(Home sweet home, 7 September 2007)

Tidak ada komentar: