Selasa, 18 September 2007

ANAK SUSAH MAKAN


Siapa hayo ibu yang seneng anaknya susah makan atau picky eater (yang suka pilih-pilih makanan or maunya makan itu-itu aja) ??? pasti gak ada lha yaa...

Tanya juga gimana reaksi mereka manghadapi anak-anak tipe tsb. Kayaknya saat makan menjadi "perang" ibu dg sepiring makanan dengan sang anak, dari aksi menutup mulut rapat-rapat ataow kalopun berhasil makanan masuk ke mulut dg sukses pula disembur/dimuntahin lagi, atau anak yg harus kejar-kejaran dulu kalo makan, sekalian sang ibu jadi olahraga deh, hehehe.. kalo waktu nulis sih bisa ketawa-ketawa, tapi kalo lagi saat ini menghadapi adegan itu, walah-walah, benar-benar menguji kesabaran banget gak sieh??? apalagi jika proses makan yang ngabisin waktu berjam-jam, gimana gak stres kan?

Biasanya utk mengatasi problem anak seperti ini, kuncinya adalah SABAR, bersabar dalam menghadapi polah anak dan terus berusaha mencari cara agar anak menyenangi acara makan dan makan menjadi momok yang menyenangkan untuk anak. Begitu nasihat yang saya dapat dari dokter atau dari literatur buku, dll.

Pada kenyataannya menjadi sabar, benar-benar butuh proses dan perjuangan yang panjang, yang kadang melelahkan, apalagi jika pola makan anak sama sekali tak kunjung berubah.

Saya sendiri termasuk ibu yang pusing dengan pola makan putri saya ini.
Pada awalnya putri saya waktu bayi masih mudah disuapin, namun semakin bertambah usia dan semakin bertambah kepintaran dan kebisaannya, sejak usia 9 bulan-an, dia mulai sulit makan. Walhasil berbagai cara telah saya coba, mulai dari mengajaknya bermain sambil menyuapi makan, makan sambil mendengarkan musik riang, mengajak jalan-jalan, membacakan cerita ttg anak yang suka makan, mencoba variasi makanan, dan makan bersama-sama, tapi sampai saat ini di usia 2 tahun, putri saya masih tetap bermasalah dalam pola makannya. Haura hanya makan dengan porsi sedikit, setelah itu menolak makan.

Rasanya stres sekali setiap kali ditanya orang berapa beratnya sekarang, atau saat kontrol ke dokter dan dokter akan menasehati saya panjang lebar tentang bagaimana membuat suasana makan menyenangkan, dst, dan biasanya putri saya akan diberi tambahan vitamin.

Sampai-sampai saya pernah mengalami puncak stres sehingga mudah sekali menangis dan sensitif dengan komentar orla. Tapi lambat laun saya belajar, apa pun komentar orla tidak terlalu saya pusingkan. Seperti kata-kata orla yg suka membanding-bandingkan tubuh montok anaknya dengan putri saya. Alhamdulillah seiring waktu, nafsu makan putri saya mulai membaik, walau masih mengikuti moodnya. kadang makannya bisa banyak, kadang masih susah. Tidak apa-apa makan sedikit tetapi frekuensinya lebih sering.

Sejauh ini, putri saya termasuk anak yang jarang sakit, walaupun tubuhnya mungil, dia lincah, ceria dan cerdas. saya selalu mengamati tumbuh kembangnya, dan alhamdulillah perkembangan motorik halus dan kasar Haura berjalan baik, perkembangan bicara maupun emosinya juga tidak ada masalah. Haura bisa duduk dan berdiri sendiri di usia 6 bulan, bisa berjalan lancar di usia 12 bulan, mulai cerewet dan pandai menyanyikan lagu anak-anak di usia 18 bulan, di usia 20 bulan sudah bisa berhitung 1-10, bisa memasukkan aneka bentuk ke tempatnya. Di usia 2 tahun, semakin banyak yang ia kuasai, Haura sudah bisa melepas dan memakai baju, celana, kaos kaki dan sepatunya tanpa dibantu, bisa menyusun puzzle zigzag empat kotak sendiri, bisa ngobrol di telpon, dan pandai meniru apa pun yang ia suka terutama aktivitas sehari-hari saya, seperti menyapu, membuatkan susu, dll.

Sebenarnya dari literatur yang saya baca, problem makan anak seperti picky eater ini wajar terjadi di usia 1-3 tahun. Menurut psikolog, hal tsb mrpkn tahapan perkembangan anak yang tjd bersamaan dengan perkembangan egonya. Bisa jadi anak yang picky eater, ortunya jg termasuk orang yg pilih-pilih makanan, sehingga tanpa sadar anak menirunya.

Saya jadi ingat putri saya lagi, di balik sikap menolak makannya (makan yg dimaksud adalah makan utama), sebenarnya ia bukannya tidak mau makan sama sekali. Sejak usia 1 tahun, dia hanya mau makan dengan caranya sendiri. Hanya saja karena ketrampilan makannya belum sempurna, untuk menyendok makanan saja dari piring masih lebih banyak yang jatuh apalagi setelah masuk ke mulutnya, sedangkan yang masuk ke mulutnya cuma sedikit yang tersisa. Makanan yang berserakan di lantai, kadang dengan polos dipungutnya makanan tsb, dan hup masuklah ke dalam mulutnya. Belum lagi jika muncul daya eksplorasinya melihat makanan yang berceceran tsb, malah asyik dimain-mainkannya, sehingga lupa dengan acara makannya. Menemani proses belajar makan anak juga menuntut lagi-lagi kesabaran ibu. Kadang saya suka tidak tahan, ingin menyuapi saja, daripada makanan terbuang-buang, tapi putri saya selalu marah jika "diganggu" saya, dan saya pun akhirnya mengalah dengan membiarkan ia makan dengan caranya sendiri. Usai makan, putri saya akan berlari ke kamar mandi minta dicuci tangannya, dan itu artinya dia tidak mau meneruskan makannya, dan akhirnya saya memberinya susu untuk tambahan gizinya. Putri saya hampir tak pernah makan sayur yang saya berikan, hanya nasi dan lauknya saja. Ini memang masih jadi pe-er saya, sebenernya saya sendiri dari kecil kurang suka makan sayur, ternyata kebiasaan buruk ini "menular" ke putri saya. Wah, bagaimana ini... padahal sejak hamil, saya sudah memaksakan diri selalu makan sayur, dan sampai saat ini pun saya selau makan sayur saat makan bersama putri saya.

Satu lagi, putri saya juga suka mengemil, walaupun juga dalam porsi yang sedikit. Saat ini saya masih belum sempat berkreasi membuat cemilan-cemilan lucu, sedangkan Haura mulai bosan dengan biskuit/kue/krakers yg instan yang mudah dibeli tanpa saya susah-susah payah memasaknya. Setelah memiliki anak, seorang ibu ternyata harus "pandai" berkreasi dengan masakan en cemilan sehat utk anak, hiks... saya sebenernya orang yang malas masak...

Lagi-lagi dapet saran en nasehat dari psikolog, agar ibu tidak sakit hati dan patah semangat, karena sudah capek-capek membuat masakan tapi kemudian tidak dimakan anak. Jadikan hal itu sebagai tantangan untuk lebih kreatif lagi menyajikan menu yang bervariasi dan makanan yang bisa menggugah selera anak. So, semangat euiyyy... Ayo, ke dapur, bu!!!

Ini ada 10 taktik jitu hadapi anak susah makan (sumber: majalah ayahbunda, no.10/2007)
1. Nampan aneka warna
Sajikan aneka jenis potongan kecil buah, camilan, kue, dll di atas nampan yang menarik
2. Dicelupkan, ini salah satu favorit anak.
Misalnya biskuit dicelupkan dulu ke susu sebelum masuk mulut
3. Dioleskan
Oleskan sesuatu lebih dulu di atas permukaan makanan. Misal ajarkan anak mengoleskan mentega/ selai kacang/ selai buah di atas selembar roti, biskuit/ krakers.
4. Sedotan
Ajaklah si kecil membuat aneka smoothies, jus buah campur susu atau wheep cream, serta sajikan dg sedotan. Bunyi sruput sedotan menimbulkan sensai yg mambuat anak bersemangat.
5. Mini is more
Potong aneka makanan dalam berbagai bentuk yg menarik dan berukuran mini. Misal sandwich mini dg bentuk segitiga atau segiempat, diberi hiasan tusuk gigi berbendera.
6. Dihias
Setiap anak yang tidak suka makan sekali pun, pasti tergiur mencicipi ketika melihat makanan yang dihias menarik
7. Santap bersama
Ajaklah anak-anak teman anda atau keponakan (apalagi yang doyan makan) menemani sio kecil makan. Biasanya cara ini akan mengubah sikap si kecil yang suka pilih-pilih makanan.
8. Berikan dengan porsi kecil, karena lambungnya masih kecil
9. Libatkan memasak
Mulai dari proses belanja, persiapan hingga penyajian. Dia kan lebih berselera mencicipi hasil karyanya sendiri.
10. Ubah menu
Misal. nasi goreng yang semula untuk sarapan ditukar dengan menu makan malam, yang penting kebutuhan kalorinya terpenuhi.

Dari 10 tips tsb, yg paling berhasil pada putri saya adalah yg poin ke-7 (santap bersama). Setiap kali makan bareng sepupu atau teman main, Haura bisa lahap dan banyak makannya, sayangnya makan bersama ini gak bisa 3x sehari, paling pas makan siang, tapi gpp dech, yang penting terus semangat mencari cara agar si kecil doyan makan. semangat euiiyyy...

Tidak ada komentar: